Kreatif, Warga Desa Serut Olah Ban Bekas Jadi Produk yang Bernilai

15 Mar 2018
5665
0

Desa Serut, Boyolangu, Tulungagung terkenal dengan usaha olah limbah karet ban. Usaha ini sudah berjalan lama dan turun-temurun. Produk olahan limbah karet ban beragam, mulai sandal, tempat sampah, bak air, kursi, meja, alas bak mobil, alas alat berat dan jenis kerajinan lain.

Salah satu pelaku usaha olah limbah Desa Serut adalah Sakban. Pria kelahiran 46 tahun yang lalu ini mulai menekuni usaha olah limbah ban karet menjadi sandal yang cantik sejak tahun 2002 lalu.

“Inspirasi awalnya ya di Desa Serut ini memang sudah dari dulu menjadi sentra olah limbah. Saya belajar dari mereka dan melayani pesanan pembuatan sandal,” ungkap Sakban pada TulungagungTIMES (26/12/2017).

Teknik pengolahan limbah ini masih menggunakan alat dan cara yang sederhana. Mulai dari memotong, melekatkan dan finishing semua dikerjakan dengan cara tradisional.

Bahan baku untuk membuat berbagai kerajinan ini diperoleh dari berbagai tempat. “Limbah ban diperoleh dari limbah pabrik ban Surabaya, Cibinong dan pabrik lain,” imbuh  kreatif asli warda Desa Serut.

Jangkauan pasar kerajinan yang diproduksi Sakban meliputi daerah Tulungagung, Blitar, Kediri, Trengalek dan sekitarnya. Untuk wilayah pasar yang paling jauh baru mencapai daerah Bondowoso dan Banyuwangi.

Berbeda dengan Sakban, Iskandar, yang juga warga Desa Serut produk olahan limbah karetnya berupa tong sampah.  Usaha daur ulang ban bekas yang ia kerjakan ini merupakan usaha turun temurun. Sebelumnya, ayah Iskandar yang merintis usaha kreatif olah bahan bekas jadi bak air.

“Saya mulai usaha ini sejak tahun 2002. Ini dulu usaha punya bapak, saya hanya meneruskan. Kalau dulu bapak bikin bak cuci, tapi kalau saya sekarang hanya membuat bak sampah saja,” katanya mengisahkan inspirasi dan sejarah usaha olah bahan bekas.

Meski hanya usaha olah bahan bekas, usaha ini tiap bulan bisa mendatangkan keutungan jutaan rupiah. Tapi yang paling penting Iskandar adalah bisa membantu sesama, memberikan peluang pekerjaan bagi yang membutuhkan.

Sedangkan produk olah limbah dari karet bekas yang lain adalah usaha milik Nurhadi. Produk olah limbah yang ia kerjakan berupa berupa alas (ganjal per) mobil dan alat-alat berat.

“Sebelumnya membuat sandal. Setelah itu ada orang pesan suruh bikinkan ganjel per seperti ini (sambil menunjukkan contoh produk, red) bisa atau tidak gitu,” katanya sambil mengerjakan pesanan ganjal per di rumah produksinya, Desa Serut.

Dalam mengerjakan pembuatan ganjal per, Nurhadi hanya menggunakan alat berupa pisau dan bor untuk melubangi ban bekas. Jangkauan pemasaran produknya sampai saat ini baru wilayah Tulungagung dan sekitarnya. Itupun hanya mengandalkan pesanan.

“Awalnya dulu menitipkan di bengkel-bengkel. Tap kalau sekarang sudah tidak, pelanggan yang kehabisan stok sudah datang sendiri ke sini dan pesan, pungkas Nurhadi.

Tinggalkan Balasan