Kemoceng Songket Pinggirsari Laris Diminati Pasar

19 Feb 2018
1967
0

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti mampu menggerakkan perekonomian desa. Hal tersebut dibuktikan oleh sebagian ibu-ibu warga Desa Pinggirsari. Saat ini sekitar 15 orang ibu rumah tangga di Desa Pinggirsari, mengisi waktu luangnya untuk menjadi pengrajin kemoceng songket.

Kemoceng yang berbahan dasar tali rafia dan bambu ini menjadi produk unggulan desa dari hasil karya masyarakat desa, di bawah bimbingan dan binaan Khoirul Anas (41). Irul, sapaan akrabnya, menceritakan usaha yang dirintisnya sejak tahun 2005 silam dulu awalnya hanya memperkejakan istri dan keluarganya.

Dengan berjalanya waktu dan permintaan pasar yang semakin ramai, Irul kemudian berinsiatif untuk membina dan memperdayakan warga sekitar untuk menjadi pengrajin kemoceng songket.

Dalam sehari rata-rata para pengrajin binaannya dapat menghasilkan 150 buah atau 4500 buah bulan kemoceng per bulan yang sudah siap jual. Dengan jumlah sebanyak itupun menurut Irul masih kurang. Karena permintaan pasar kemoceng songket saat ini dalam satu bulan bisa mencapai 7000 buah.

Sampai saat ini Irul masih terus mencari dan ingin menambah pekerja yang bersedia menjadi pengrajin binaannya, mengingat proses pembuatannya yang tidak mudah karena perlu ketelitian dan ketelatenan.

Menurut Irul, pekerjaan ini sebenarnya sangat ringan. Para pengrajin tidak harus meninggalkan rutinitas pekerjaan rumah tangganya, jadi pekerjaan ini bisa di anggap pekerjaan sampingan bagi ibu rumah tangga.

Dalam satu bulan rata-rata para pekerja ini bisa menghasilkan pendapatan antara 1 juta – 1,7 juta tergantung dari kemahiran dan waktu luang yang dimilikinya. Menurut Irul, kalau dihitung-hitung pendapatan sebanyak itu sudah cukup lumayan untuk membantu pendapatan suami.

Untuk pemasaranya sejauh ini Irul hanya dibantu oleh adiknya. Wilayah pemasarannya meliputi Tulungagung, Blitar, Kediri, Trenggalek, Ponorogo, Pacitan, Malang dan Surabaya. Ke depan, kata Irul, dia ingin merambah ke pasar online.

Untuk harga jual di pasaran, Irul membandrol dengan harga 5000-6000 per kemoceng tergantung wilayah pasarnya. Dalam satu bulan Irul bisa mengantongi keuntungan bersih sekitar 5,5 juta sampai 6 juta rupiah.

Sejauh ini, menurut Irul, kendala utama yang dihadapi adalah kurangnya tenaga pengrajin dan modal. Irul juga berharap pemerintah daerah khususnya Dinas Koperasi dan UMKM mau memberikan pelatihan supaya produk kemoceng songket warga Desa Pinggirsari bisa diterima oleh pasar luas dan mampu bersaing dengan produk modern.

Tinggalkan Balasan