Produksi Gathot dan Thiwul Instan, Upaya Melestarikan Pangan Lokal

27 Jul 2017
1970
2

Citarasa kuliner pedesaan yang berkesan sederhana ada pada gathot dan thiwul. Dua jenis makanan itu cukup familiar bagi warga desa karena sanggup menggantikan nasi. Bahkan di masa lalu, ketika beras masih menjadi bahan makanan pokok yang mahal harganya, gathot dan thiwul menjadi makanan favorit.

Gaplek, singkong kering yang digunakan sebagai bahan membuat gathot dan thiwul memang tergolong murah. Membuatnya pun gampang. Namun ketika kini masyarakat sudah sangat familiar dengan nasi, gathot dan thiwul mulai terlupakan. Keduanya susah dicari.

Karena kondisi itulah, Warti, warga desa Demuk, Kecamatan Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung merintis pembuatan Gathot dan Thiwul instan. Gathot dan thiwul dalam bentuk kering dikemas plastik kemudian dipasarkan. Mereka yang ingin menikmati gathot dan thiwul tinggal merebusnya saja.

Selain karena memang menyukai kedua jenis makanan ini, menurut pendiri UD Barokah ini memang ingin membangkitkan kembali aneka makanan tradisional di tengah masyarakat. Meski kesannya murahan, menurutnya makanan ala pedesaan ini tidak serta merta layak ditinggalkan mengingat ada nilai kreativitas orang-orang jaman lampau.

Warti memproduksi gathot dan thiwul instan bersama suaminya. Keduanya bekerja memakai alat-alat yang masih manual. Produksinya selama sebulan bisa mencapai 5 kuintal dan didistribusikan ke berbagai kota seperti Kabupaten Tulungagung, Blitar, dan Kediri. Kini Warti mulai mengembangkan produk lain yakni ampok instan.

2 Komentar

  • H.sugianto berkata:

    Slhamdulillah ada ygpeduli peduli.saya suka tiwol gatot dan ampok sudah saya coba apok ternyata uenak ahir saya jadi kecanduan ampok nanti saya mau buka warong nasi smpok dan nasi tiwol dijalan ponotogo trenggalrk dll .untuk melestarikan makanan khas indonesia selamat berjuang mbak warti

Tinggalkan Balasan